CINTA PERTAMAKU
Andai saja aku tidak mendengarkan perkataan teman-temanku, aku yakin hal ini tidak akan terjadi…
***
Apa yang harus aku lakukan? Kadang aku ini agak bodoh! Aku sering tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh teman-teman sebayaku. Aku suka berimajinasi menjadi orang terpopuler dihadapan teman-temanku. Bagiku berimajinasi itu menyenangkan. Tapi yang terparah, aku telah merusak kesempatanku dengan "K", pacar pertamaku, karna terpengaruh dengan perkataan teman-temanku yang sama bodohnya sepertiku.
"K" mirip dengan anjingku yang sangat aku sukai dan sayangi. Mungkin kejam, aku menyamakan dia seperti anjing, tapi sungguh… aku sangat menyukainya. Aku bersedia melakukan apa saja untuk mendapatkannya
Meskipun satu sekolah, aku dan "K" hidup di dunia yang berbeda. Ia menghabiskan waktunya bersama bola dan genknya, sedangkan aku? Aku mengabisakan waktuku bersama para si kutu buku di kelas unggulan, kegiatan ekstrakulikuler, dan kegiatan OSIS di sekolahku..
Percayalah, setelah aku mengenal dia, hidupku berubah… Hidupku semakin berwarna dan setiap hari aku selalu bahagia. Sepanjang hari, sepanjang minggu, bahkan setiap kali aku ingat dia, perasaanku jungkir balik tidak karuan seperti sebelum kompetisi besar. Lalu kusadari aku mengambil berbagai jalur yang berbeda menuju kelas hanya karena ingin berpapasan dengannya, dan hal itu terjadi… oh Tuhan! Kami tidak saling bicara…! Padahal aku inikan sudah menjadi pacarnya….? Apakah dia lupa…?
Kejadian itu bukan hanya terjadi pada satu kali saja, tapi berkali-kali. Cewek mana yang takkan marah dengan sikap ketidakpedulian seperti itu? Saat itu aku kecewa sekali kepadanya tapi aku tetap bersabar dan mencoba untuk memahaminya kenapa dia dapat berbuat seperti itu. Padahal andai dia tahu, bahwa dialah cowok pertama yang kukencani dimana aku tidak teropsesi oleh rambutnya, berat badannya, kepintarannya, atau penampilannya. Dan dia adalah cowok pertama yang kupamerkan didepan teman-temanku pada saat rapat OSIS.
“Siapa? "K" dari kelas 8D itu?” kata Lala sahabatku.
“Iya..!” jawabanku dengan penuh semangat.
“Hhahahahaha… Yang benar aja? Kasihan sekali kamu..!” seru Indhes, Gaby mengejek.
Saat itu aku hanya terdiam.
Tidak lama kemudian semua teman-temanku membahas tentang cinta.
“Jika ada cowok yang mencintai kita karena wajah kita berarti itu bukan cinta tetapi nafsu, jika ada cowok yang mencintai kita karena kebaikan kita itu bukan cinta tapi dia ingin mebalas budi kita. Sedangkan ada cowok yang mencintai kita dan tidak tahu apa alasannya berarti dia benar-benar mencintai kita,” kata Gaby.
Setelah mendengar Gaby, tiba-tiba aku teringat.
Saat itu merupakan hari pertama aku jadian dengan "K" dan saat itu aku bertanya kenapa dia menyukaiku? Dan dia menjawab, karna kamu “cantik, baik dan enak diajak ngobrol.” Sedangkan ketika dia menanyakan balik aku menjawab, “aku tidak tahu kenapa aku bisa menyukaimu.”.
Dari kejadian itu aku mulai meragukan penilainku sendiri. "K" memang tidak salah satu cowok terpopuler dan terpintar di sekolahku. Jadi dia benar-benar mengerti arti kata “pacaran” sesungguhnya? Atau mungkin dia hanya mempermainkanku saja? Setelah selesai membuat daftar kejelekannya, aku yakin ia sama sekali tidak cocok untukku. Kensa tidak menyukai bahasa jawa padahal aku adalah orang jawa. Aku sering malas belajar hanya untuk menemaninya menonton bola sehingga prestasiku di kelas merosot jauh dari yang dulu. Dalam pikiranku, hubungan kita takkan berhasil.
Pada awalnya aku mencoba berbagai cara untuk memperbaiki hubunganku dengannya. Salah satunya aku menyusuhnya untuk lebih peduli denganku. Aku berharap dia akan mengerti sendiri apa yang aku maksud. Tetapi dugaanku salah… keadaan sama sekali tidak berubah. Akhirnya tanpa berpikir lagi, pada tanggal 29 April 2009, aku memutuskan hubunganku dengannya. Tepat satu bulan lebih tiga hari aku memutuskannya…
Aku hancur...
Aku sedih…
Aku kecewa…
Dan yang terpenting, aku menyadari akan sesuatu…
Andai saja aku tidak mendengarkan perkataan teman-temanku, aku yakin hal ini tidak akan terjadi, aku akhirnya sadar bahwa akulah yang akan pertama kali menjadi dewasa.
Aku ingin sekali menceritakan bahwa cerita ini berakhir dengan bahagia, bahwa aku memohon supaya "K" dapat menerimaku kembali, tapi dugaanku salah… Yah, yang jelas dia tidak menerimaku kembali. Tapi aku memohon. Aku benar-benar memohon hingga aku meminta bantuan kepada salah satu radio yang ada di kotaku untuk bersedia menjelaskan semua ini. Meski aku tahu dia tidak akan mendengarkan radio. Sedangkan di sekolah aku selalu membuntutinya ke mana-mana. Boleh dibilang aku menguntitnya saat menyadari semuanya sudah terlambat.
Meski aku tahu dia tidak akan menerimaku kembali tapi rasa sayang, peduli dan perasaan cemburu akan masih tetap ada untuknya. Aku masih merasa agak sedih setiap kali teringat dirinya dan apa yang sebenarnya terjadi, tapi aku juga bersyukur telah mendapat pelajaran itu. Sekarang aku tahu lebih banyak tentang siapa diriku. Tak peduli apa pendapat atau komentar teman-temanku karena aku tahu betul apa yang menjadi kebutuhanku. Jadi, Kensa, kalau kau sedang membanca ini…… terima kasih.
Teresia Olivia Alit Imawarni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar